Buah Salak hasil kebun masyarakat Desa Batu Mbekhong.
Selain manis, salak Batu Mbekhong juga lebih banyak mengandung air dibanding salak Sidempuan.
Buah salak mengandun Vitamin C, Fosfor, zat besi, Kalsium, dan juga Beta-Karoten.
Buah salak cocok dijadikan cemilan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, apalagi di musim pandemi C19
Harga buah salak Batu Mbekhong masih relatif terjangkau.
Batu Mbekhong yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti 'Batu Hitam'. Desa ini dinamakan demikian karena di desa ini terdapat batu besar berwarna hitam yang terletak tepat di perbatasan sebelah utara. Desa ini merupakan pemekaran dari desa Kuta Pasir pada tahun 2007 ?, yang sebelumnya bernama Dusun Lumban Dolok. Sekarang Dusun Lumban Dolok menjadi nama ibu kota Desa Batu Mbekhong.
Desa Batu Mbekhong, yang bahasa Arabnya 'Hajar Aswad', terletak di dataran tinggi dan berada di piggiran kebun-kebun atau kawasan hutan. Mayoritas penduduknya adalah suku Batak Toba. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Batak. Namun demikian, mayoritas masyarakat Batu Mbekhong adalah pemeluk agama Islam. Masyarakat Batu Mbekhong hidup dengan rukun dan damai dalam perbedaan keyakinan. Kedamaian dan kerukunan antar pemeluk agama di Batu Mbekhong perlu dan bahkan wajib untuk dijaga, agar tidak mudah dipengaruhi oleh isu-isu dari luar yang bersifat provokasi.
Masyarakat Batu Mbekhong umumnya berprofesi sebagai pekebun. Berkebun coklat, karet dan salak. Untuk buah salak, biasanya dijual langsung dengan diecer di pinggir jalan raya sepanjang Desa Batu Mbekhong. Ke depan, potensi ini akan digarap sehingga Desa Batu Mbekhong bisa menjadi objek wisata; "Wisata Kampung Salak", yang menawarkan buah salak dan juga berbagai produk dari hasil olahan buah salak. Seperti kopi biji salak, keripik salak, manisan salak, sirup salak, dodol salak, kecap salak dan produk lainnya yang diolah dari buah salak.